"...Orang gagal seperti aku, hanya bisa hidup biasa saja, asalkan bahagia."
-Atuo, Cafe Waiting Love
Ada rasa gimanaaa gitu nggak baca kalimat itu? Kalau iya, berarti hidup kamu banyak mengalami kegagalan. Seperti saya. Hhaaa. Tapi kalau biasa aja, berarti hidup kamu mulus-mulus saja. Itu bagus. Tapi apalah arti sebuah kesuksesan kalau tidak pernah merasakan yang namanya gagal. #bijak
Bukan berarti menyesali apa kegagalan yang sudah terjadi. Tapi bagaimana bangkit dari kegagalan itu, menjadi lebih hati-hati dan menikmati kehidupan yang baru dengan bahagia. Azek.
Inilah kenapa betapa saya mencintai film. Dan film termasuk dalam tiga hal yang berpengaruh dalam hidup saya. Selalu ada yang menyadarkan saya tentang suatu hal meski bukan film motivasi sekalipun. Ini film sebenernya nggak bagus-bagus amat. Nggak spesial-spesial amat. Emang dasarnya saya, sukanya drama yang realistis, atau yang berbau fantasi sekalian. HHaaa. Apalagi kalau nemu hal-hal kecil dalam film suka berlebihan. Tapi cukup recomended sih. Film bergenre Drama - Komedi - Fantasi ini kocak, jijik, dan so sweet banget deh.Emmm.. Baca ini aja deh biar tahu gambaran filmnya. Atau liat filmnya langsung! :D
Kalimat pembuka dalam postingan ini diucapin Atuo, tokoh utama prianya, karena dia mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya. Tapi dia memilih tetap sportif dan menjalani hidupnya dengan lebih sederhana saja. Bagus sih.
Oke bahas filmnya udahan. Sekarang sesi curhat.Yaps. Kegagalan. Saya mengalami cukup banyak kegagalah sehingga nemu kalimat Atuo itu tadi berasa ditampar gitu.
- Cinta Monyet. Jelek-jelek gini punya cerita beginian juga loh. Hahaha. Udah. Nggak usah ketawa. Ini nggak lucu. Ceritanya dulu pas mulai suka-sukaan sama temen sekelas waktu SD. Gosipnya sih dia juga suka gitu. Eh.. baru nembaknya waktu SMP. Dannn nggak tahu kenapa kok saya ngga menerima pernyataan cintanya dia yang lewat surat itu. Jiahhh. Lagi, Waktu SMP, pas ada yang coba deketin, eh malah akunya takut, dan ujung-ujungnya ditikung temen sendiri, galau berkepanjangan. Yaps, saya gagal punya cinta monyet yang bisa dramatis ketika dikenang.
- Masa SMA. Seperti cinta, ikhlas dan benci, menyesal pun asalnya dari hati. Nggak bisa di kontrol. Waktu itu, sampai ngerasa menyesal banget waktu itu. Jadi gini ceritanya: Habis dari Junior Islamic School (baca: MTs) aku yang super kece se-Blitar (lebay bodoamat), ceritanya saya dipaksa masuk ke sekolahan yang mana belum pernah saya denger sebelumnya. Dan ternyata peraturannya seabreg dan nggak masuk di akal saya. Musti tinggal di asrama, nggak kenal HP, Internet atau teknologi apapun. (itu asrama atau goa Na?) Nggak tahu juga. Bodoamat. Tapi karena saya AB, saya mudah beradaptasi, meskipun nggak nyaman, saya bisa berkamuflase dengan baik. Cuma yaitu, I HATE RULES. I knew what to do. Yaps, saya gagal mendapat kenangan seperti pada umumnya sekolah dengan seragam putih - abu - abu itu.
- Cinta Pertama. Cieeee.. Nggak tahu apa itu dia si Golongan Darah B itu, yang berbahu lebar, gigi rapi dan pinter banget Matematika yang mana pelajaran yang paling saya benci di dunia ini. Tapi kayanya iya. Nggak tahu apa saya yang terlalu mendramatisir atau ini memang dramatis. Pernah liat film drama yang kisah cinta tokoh utamanya berawal dari persahabatan? Yaps, kurang lebih begitulah. Emang dasarnya saya bego masalah cinta-cintaan, hubungan kita nggak bertahan lama. Waktu itu gegara kita LDR-an karena udah lulus SMA, dan saya yang nggak bisa-bisa menyeseuaikan diri dengan setatus baru kami. Tapi saya ngerasa ada yang salah dan tertinggal. Bertahun-tahun masih kerasa aneh denger namanya disebut. Masih ngerasa aneh liat punggung orang dari belakang, yang tampak seperti punggungnya. Masih ngerasa aneh melihat dia pasang photo berdua dengan pacar barunya, yang udah ganti keberapa nggak tahu. Masih ngerasa aneh aja. Haiisshhh saya tiba-tiba merasa sedih sekarang. Yaps, saya gagal move-on.
- Kuliah. Udah pernah saya bahas saya pernah punya seabgreg cita-cita. Jaman dulu sih, Pikiran idealis macam saya, kudu sekolah tinggi biar bisa mewujudkan salah satu cita-cita saya yang seabreg. Walaupun nggak semuanya, paling tidak salah satu cita-cita saya kudu tercapai. Tapi takdir berkata lain. Kenapa takdir? Yaps, karena itu semua udah kejadian. Apalagi kalau bukan takdir namanya. Saya tidak lolos SNMPTN, Nggak cukup prestasi buat dapat beasiswa. Nggak cukup biaya untuk punya alternatif pilihan. Mungkin itu fase depresi pertama saya dalam hidup. Kalau nggak diem pasti nangis. Kalau nggak gitu bingung nyari temen, balik lagi ke rumah, nangis lagi. Berencana kabur dari rumah, tapi nggak siap hidup menderita. Ujung-ujungnya, saya kuliah semampunya di perguruan tinggi yang nggak keren-keren banget. Dan bodohnya, alasan kenapa saya kuliah karena teman-teman saya kuliah, maka saya harus kuliah waktu itu. Yaps, saya gagal menjadi cuek dengan keadaan dan merasa malu karena tidak berhasil kuliah di Universitas yang saya mau yang terlihat keren itu.
- Mimpi. Semua tahu dong mottonya mbak Agnes Monica, yang sekarang udah jadi Agnezmo itu. Dream, believe, and make it happen -nya dia itu keren banget sekeren-kerennya quote. Saya bermimpi bisa hidup dalam kebebasan. Mempunyai usaha kecil-kecilan, melakukan perjalanan ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, menjadi pribadi baru mungkin, dan melakukan banyak hal. Tapi saya sadar, nyali saya ciut, terkesan omong doang, dan miskin. Jadilah itu hanya mimpi. Yaps, saya gagal menjadi pribadi yang berani mengambil resiko.
0 komentar:
Posting Komentar