Minggu, 07 Februari 2016

Sebuah Pelarian (?)

Diposting oleh nana di 2/07/2016 01:35:00 AM
Hari ini, sayan membaca 82 halaman buku. Tanpa gambar. Sekali duduk.

Ini setelah sekian lama saya tidak membaca novel sejak emm.. entahlah saya lupa. Membaca bukan lagi hal yang saya pilih untuk mengisi watu luang temans. Tapi hari ini saya membaca Novel karangan Dee. Supernova, Petir. Bukan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh atau Akar. Tapi Petir. Tidak ada alasan khusus kenapa saya membaca ini novel temans. Rangkaian kata-kata mautnya mbak Dee pun tidak. Meskipun sudah terkenal dimana-mana itu.

Ini sebuah pelarian? Kalaupun iya, saya benar-benar tidak keberatan. Karena See!!! Saya ternyata belum lupa bagaimana cara membaca. 82 Halaman novel tanpa gambar dan dipenuhi kata-kata dan cerita yang sebenarnya ada seri sebelumnya yang belum terbaca adalah sebuath prestasi tersendiri bagi saya. Meskipun belum rampung dan tidak ada niatan untuk merampungkan bacaan ini.

Mungkin juga ini gara-gara saya yang nyasar ke Forum Lingkar Pena minggu lalu? Kalaupun karena itu, saya juga tidak keberatan. Banyak membaca sama sekali bukan hal buruk. Apapun jenis bacaan itu. Paling tidak itu yang saya pahami. Koreksi jika salah.

Tapi, membaca benar-benar memberi efek aneh. Seperti ketika saya minum kopi buatan "Esteh" waktu itu teman. Pusing, kepala berat, mata jadi nggak terlalu fokus (baca: ngantuk). Kecuali ngantuknya, dan pahit-pahitnya beda sih. Tapi sekali lagi, saya ternyata belum lupa cara membaca temans.

Saya masih sombong membaca karya Mbak Dee yang seterkenal dan karyanya sudah seabreg itu. Maklumkanlah, naluri Golongan Darah AB memang begitu. Masih ada aja kesombongan, "Tulisan begini apa spesialnya?" di halaman-halaman pertama sampai akhirnya saya melupakan anggapan itu dan menemukan sudut pandang yang saya tidak pernah bisa sentuh dalam membuat cerita. Cerpen, atau karangan fiksi lainnya. Melupakan itu semua, ternyata saya masih bisa terbawa dalam cerita aneh dan imajinasi ganjilnya Mbak Dee.

Entah apa ini kabar baik untuk jiwa saya -yang sempat pengen jadi penulis- atau hanya pelarian (?) Yang jelas saya menemukan kebahagiaan kecil ini. Setelah beberapa waktu ini kebahagiaan saya digelisahkan dengan urusan "Esteh" yang saya sendiri tidak tahu mau diapakan atau dibawa kemana. Entah perlu dingkap atau disimpan dengan bahagia seadanya. Atau apa?

Atau juga mungkin karena saya sudah lama tidak menonton film. Mungkin cuma video-video yang sengaja aku cari versi pendeknya dibagian tertentu di situs Youtube.Jadi saya semacam kehausan hal keren semacam kutipan dalam film. Atau juga karena muak dengan pekerjaan yang rencananya dalam dua tahun ini bakal saya tingalkan, tapi nampaknya mustahil. Atau apa entah.

Ngomong-ngomong saya menemuan kutipan yang menurut saya indah diantara 82 halaman kertas yang tidak sengaja dan tidak ada niat sama sekali untuk membaca tadinya.

"Kematian bagiku ibarat terusan tiket bioskop kehidupan. Bayangkan betapa menyenangkannya itu. Menonton drama milyaran manusia tanpa harus terlibat konflik apapun."

Tanpa ikut  berpikir bahwa Kematian ibarat terusan tiket bioskop kehidupan, saya berasa menjadi tokoh utama versi real life yang cuma duduk di kursi gelap biosko dan menyaksikan konflik orang lain tanpa bisa mempengaruhi alr cerita.

Ternyata saya masih bisa merasakan fantasi itu. Membayangkan menjadi tokoh utama setiap membaca novel.



Quote:
"Dalam sebuah cerita selalu ada sudut pandang yang membuat seseorang menjadi tokoh utama. Kita-lah tokoh itu di dunia nyata."

0 komentar:

Posting Komentar

 

GOLONGAN DARAH AB Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review