Jumat, 12 Februari 2016

Tentang 14 Februari

Diposting oleh nana di 2/12/2016 08:52:00 PM

Hari ini tanggal 13 Februari 2016. Besok tanggal 14 Februari 2016. Yaudah.
Sebenernya saya beneran nggak mau ngasih atensi lebih terhadap tanggal ini temans. Beneran. Tapi Obrolan pagi ini agak nyelekit dan bikin saya pengen sharing aja.


Saya bekerja di istitusi yang didalamnya terdapat anak-anak teenage, pengajar, dan banyak lagi kaum intelektual lainnya. (Baca: Sekolahan). Institusi berbasis Islam yang sangat kental seperti ini sudah pasti akan memberi  atensi lebih terhadap hal-hal yang bersifat "salah" atas nama Agama. Ya seperti hari Valentine yang jatuh besok itu, misalnya.

Obrolan saya dengan salah satu guru. Dibilang ringan, ya ringan, dibilang serius yah..  nggak papa juga.

Bu Cantik: "Ini anak-anak mau nunjukin aksi menolak Valentine.."
Saya: "Owalah.. ini tanggal berapa sih bu? 13 ya?" (Memang baru ngeh dan sadar).
Bu Cantik : "Sebenarnya ini bukan wilayah saya (ngurusin kegiatan kesiswaan) cuma mereka konsultasi ke saya, ya saya kasih masukan bla..bla.. bla"
Saya : "Kalau menurut saya ya Bu, Nggak perlu deh kegiatan atau aksi-aksi macam ini. Itu hanya tanggal14 Februari. Yaudah... Dengan kita mengadakan aksi-aksi semacam ini, bukannya itu berarti juga kita memberi atensi yang lebih ya kepada tanggal 14 Februari ini."
Bu Cantik: "Iya sih, tapi inget, mereka masih anak-anak SMA, niatnya sih, untuk mencegah cokelat-cokelat banyak berkeliaran besok"
Saya: "Hmmm.... (mikir)" Okay, merekamasih anak-anak SMA yang idealismenyamasih sangat tinggi dan mungkin aksi semacam ini memang perlu untuk mengingatkan anak-anak lain yang sudah salah kaprah dan mengagungkan hari 14  Februari ini. "Terus bentuk aksinya ini nanti seperti apa Bu?"
Bu Cantik : "Tanda tangan. Anak-anak mengumpulkan tanda tangan bukti penolakan terhadap hari Valentin ini"
Saya: "Ooh.. (mikir: terus tanda tangan itu buat apa? biar apa? mau ditunjukin ke siapa? Dananya dari mana?)"
Kemudian saya lupa dengan bagaimana akhir dari percakapan itu, saya harus sarapan karena lapar. Pagi-pagi omongan yang kaya begini itu udah berasa politikus aja. (Nggak nyambung (?)).

Kembali ke kantor. Anak-anak mulai memakai pengeras suara untuk mengumpulkan bala tentara (ehh enggak, cuma temen-temen satu sekolahan) di tengah lapangan. Rekan kantor saya kepo.
Rekan 1 : "Ada apa sih?"
Saya : "(dengan santai) valentinan Pak"
Rekan 2: "Anak-anak itu loh, menolak valentine."
Rekan 1: "Kalau gitu suatu saat nanti saya bakal mengadakan penolakan terhadap Idul Adha"
Saya : (menghormati rekan 1, supaya kalimat kontroversi yang beliau lontarkan tidak terkesa garing. Okay, sebenarnya saya benci terlibat obrolan yang serius dan saya tahu saya akn menyesal apabila membahas ini terlalu dalam.) "Why?"
Rekan 1 : "Ya, kalau ada pernyataan orang Islam yang menyatakan bahwa hal ini salah, hal itu benar, budaya kami benar, budaya orang lain (agama lain) salah maka suatu saat kita nggak bisa menyalahkan kalau nanti ada agama lain yang menentang budaya kita."
Hmm.. okay ini benar juga (mernurut saya).  Tapi...
Saya : "Ingat Pak, mereka masih anak SMA. Idealisme mereka masih sangat tinggi."
Rekan 1: "Ya justru di usia ini seharusnya kita berikan pemahaman yang benar."
Saya : "Hmmmm... iyasih" kemudian mikir juga ujung-ujungnya. "Eh India mayoritas Hindu kan pak? Nggak kebayang betapa sadisnya Kita (Islam) di mata mereka saat perayaan Idul Adha."
Rekan 1 : (Menceritakan suau wilayah di Kashmir, yang di derah tersebut semacam kumpulan masyarakat Muslim yang minoritas dan dikelilingi Masyarakat Hindu. Seperti yang kita tahu, mereka menyembah Sapi.  Hmmm.. koreksi ya jika salah, soalnya setahu saya begitu. Mereka sempat heboh waktu perayaan Idul Adha juga.)

Okay. ini hanya isi pemikiran seorang gadis polos (?) 24 tahun bergolongan darah AB berzodiak Virgo bershio Monyet dan lahir Selasa Pahing kalau pengen tahu. menurut saya tingkat penolakan yang paling tinggi adalah dengan cara mengacuhkannya. Bukan berkoar-koar untuk menolak. Bukan juga berkoar kalau punya saya yang benar punyamu yang salah. Tapi dengan cara mengacuhkannya. Dengan menganggapnya sama seperti tanggal-tanggal lain, dan ya udah.

Itu saja.


Quote: "Tuhanku saja bilang 'bagiku *****ku, dan bagimu *****mu' dalam sabdanya yang maha agung. Ilmu tinggi macam apa yang bisa membuat perdamaian lebih dari itu."

0 komentar:

Posting Komentar

 

GOLONGAN DARAH AB Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review